Sebelum membahas sejarah dakwah wali songo, kita harus tahu awal mula Nusantara mengenal Islam. Islam sejatinya masuk ke Nusantara sejak abad ke-7. Penyebarannya bertahap melalui pedagang Arab yang berinteraksi langsung dengan penduduk Nusantara. Hal itu yang menjelaskan Kerajaan Islam baru berdiri di Nusantara pada abad ke-13.

Sejarah Wali Songo

Bagaimanakah sejarah dakwah wali songo di nusantara? Wali Songo adalah sebutan untuk sembilan tokoh penyebar Islam pertama di tanah Jawa.. Kisah para wali yang kita semua pernah dengar kerap didramatisasi dan sarat akan mitos yang tidak memiliki bukti sejarah. 

Setelah berdiri Kesultanan Demak pada 1475, Wali Songo membawa perubahan terhadap masyarakat Jawa yang mayoritas beragama Hindu-Budha. Namun sejarah dakwah Wali Songo harus tetap didasari sumber dan bukti sejarah, bukan hanya sekedar mitos.

Nama-Nama Wali Songo

Untuk lebih mengetahui sejarah dakwah Wali Songo, berikut adalah 9 nama-nama Wali Songo :

1. Sunan Gunung Jati

Bernama asli Syarif Hidayatullah, berperan dalam penyebaran Islam di Jawa Barat khususnya di daerah Cirebon. Beliau adalah pendiri dinasti kesultanan Banten. Dimulai dengan prakarsa atas putranya, Sultan Maulana Hasanudin, Sunan Gunung Jati menyerang Sunda Kelapa pada tahun 1527 dan dibantu oleh Fatahillah, panglima perang kesultanan Demak.

2. Sunan Ampel

Memiliki nama asli Raden Rahmat, memulai dakwah dari pesantren yang didirikan di Ampel Denta (dekat Surabaya). Itu yang membuat beliau dikenal sebagai pembina pondok pesantren pertama di Jawa Timur. Yang menjadi muridnya yaitu Sunan Giri, Sunan Bonang, dan Sunan Drajat.

3. Sunan Gresik

Selain nama aslinya Maulana Malik Ibrahim, Sunan Gresik dikenal juga dengan nama Maulana Magribi. Karena diduga beliau berasal dari wilayah Magribi (Afrika Utara). Beliau lahir sekitar pertengahan abad ke-14.

Sunan Gresik adalah guru para wali. Beliau berasal dari keluarga muslim yang taat dan termasuk orang pertama yang masuk ke Jawa. Hingga kini belum diketahui kepada siapa beliau belajar agama Islam.

4. Sunan Bonang

Bernama asli Raden Makhdum, beliau menyebarkan Islam dengan beradaptasi dengan kebudayaan Jawa yang gemar terhadap wayang dan gamelan. Menciptakan gending-gending  yang pada tiap baitnya bernilai keislaman. Hingga kini musik gamelan yang mengiringinya dikenal dengan istilah sekaten.

5. Sunan Giri

Beliau adalah putra Maulana Ishak yang bernama Raden Paku. Sunan Giri pernah belajar di pesantren Ampel Denta, setelah dewasa beliau melakukan perjalanan haji bersama Sunan Bonang. Beliau ditugaskan oleh Sunan Ampel untuk berdakwah di Blambangan.

Sepulang dari haji, beliau singgah di Pasai untuk memperdalam ilmu agamanya. Lalu mendirikan sebuah pesantren di daerah Giri, dan mengirim juru dakwah untuk menyiarkan Islam ke berbagai daerah.

6. Sunan Drajat

Nama aslinya Raden Qasim, wali yang berjiwa sosial tinggi karena perhatiannya yang besar terhadap masalah sosial. Beliau hidup di zaman Majapahit yang runtuh sekitar tahun 1478. Rakyat masa itu mengalami kondisi kritis. Sehingga beliau memberikan pertolongan kepada fakir miskin, yatim piatu, dan orang sakit.

7. Sunan Muria

Bernama asli Raden Umar Said adalah putra Sunan Kalijaga, wali yang berperan penting dalam penyebaran Islam di daerah pedesaan. Beliau dikenal suka menyendiri dan tinggal bersama rakyat biasa.

8. Sunan Kudus

Nama asli Jafar Sadiq, mendapat gelar Wali al Ilmi dari para Wali Songo, artinya orang berilmu luas karena ahli di bidang agama. Hal itu membuat beliau dipercaya sebagai pemegang pemerintahan di daeerah Kudus.

9. Sunan Kalijaga

Bernama asli Raden Sahid, budayawan dan seniman. Beliau menciptakan cerita wayang yang punya nilai islami. Pada masa itu wayang populer dilukis pada kertas (wayang beber), lalu beliau memperkenalkan wayang kulit yang terbuat dari kulit kambing. Beliau juga menciptakan lagu Dandanggula.

Fakta sejarah dakwah Wali Songo mempunyai kunci gerakan damai, toleran, dan berprinsip islami. Dengan harapan persuasif, kasih sayang, keteladanan dan kedermawanan. Sambil melestarikan budaya lokal yang diwarnai ajaran tauhid.

0Komentar

Sebelumnya Selanjutnya