Di antara surat-surat panjang yang ada di Al-Qur’an yang sudah sangat banyak dihafal di negeri ini antara lain adalah Surat Yaasiin, Surat Al- Waaqiah dan Surat Al-Mulk. Bila saja dua langkah pertama interaksi dengan Al-Qur’an ini (membaca dan menghafalkan) dilanjutkan dengan tiga langkah berikutnya yaitu memahami, mengamalkan dan mengajarkan - maka insyaAllah negeri adil makmur, gemah ripah loh jinawi - BaldatunThayyibatun Wa Rabbun Ghafur itu bisa terwujud mulai dari surat-surat andalan ini. 


Betapa tidak, di Surat Yaasiin saja kita sudah diberi manual untuk memakmurkan bumi. Mulai dari kondisi ekstrem bumi yang mati (QS 36 :33), sampai kita bisa mengolah bumi dengan tangan kita di tahap-tahap berikutnya (QS 36 : 34-35). Di surat Yaasiin kita bahkan juga diberi indikasi solusi energi dari pohon-pohon yang hijau (QS 36 :80). 


Di surat Al-Waaqi’ah kita bisa menggali pelajaran yang lebih detil mengenai sumber-sumber daya untuk kemakmuran itu. Mulai dari sumber daya manusianya ( QS 56 : 58-62), Sumber daya tanaman (QS 56 : 63-67), sumber daya air (QS 56 : 68-70) dan sumber daya api atau energi ( QS 56 : 71-73). 


Tiga hal kebutuhan pokok manusia yang sampai menjadikan manusia rela berperang untuk memperebutkannya sejak jaman dahulu hingga kini yaitu apa yang disebut FEW (Food, Energy and Water), atau Pangan, Energi dan Air secara tuntas kita diberi manualnya di Surat Al-Waaqiah tersebut.


Surat Al-Mulk mengindikasikan bahwa penaklukan atau pemakmuran bumi itu mudah - tidak sesulit yang kita bayangkan. Di Bumi ini juga telah Allah sediakan makanan yang cukup (QS 67:15) sehingga tidak seharusnya di negeri ini sampai mencari kesana kemari - sibuk mendatangkan bahan pangan dari negeri yang lain.


Dari tiga surat panjang andalan (yang paling banyak dihafal) saja, insyaAllah solusi atas berbagai problem pemenuhan kebutuhan pokok kita seharusnya sudah bisa diatasi lebih dari cukup. Tetapi mengapa kenyataannya yang kita hadapi di masyarakat tidak demikian ? mengapa di negeri muslim dengan penghafal surat-surat andalan terbanyak - justru pontang-panting sibuk menghadirkan bahan makanan dari negeri yang penduduknya tidak menghafal Al-Qur’an ?


Banyak yang bisa menjadi penyebabnya, antara lain yang pertama adalah orang-orang yang menghafalkan surat-surat tersebut berhenti pada langkah kedua saja yaitu membaca dan menghafalkan. Belum pada tataran berikutnya yaitu memahami dan mengamalkan apa yang kita sudah hafalkan dan syukur-syukur juga mengajarkannya.


Yang kedua adalah karena para teknokrat dan ilmuwan negeri ini, belum menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber dari segala sumber ilmu. Doktor- Doktor kita lebih mantab belajar dari negeri-negeri kapitalis, padahal mereka tidak mengajarkan ilmu kecuali yang sesuai dengan kepentingan mereka atas negeri ini. Mereka tidak akan mengajarkan ilmu yang sesuai kepentingan kita tetapi bertentangan dengan kepentingan mereka.


Di dalam negeri sendiri, saya belum pernah mendengar ada perguruan tinggi pertanian misalnya, yang mengajarkan Al-Qur’an sebagai dasar atau rujukan ilmu-ilmu pertanian mereka. Demikian juga dengan ilmu-ilmu lainnya seperti engineering, ekonomi, kedokteran, pendidikan dlsb. Perguruan-perguruan tinggi kita masih sekuler, mereka ada mata kuliah agama Islam dan bahkan juga Al-Qur’an , tetapi mata kuliah ini tidak ada hubungannya dengan mata kuliah utama yang mereka ajarkan.


Yang ketiga adalah para birokratnya, belum pernah terdengar di negeri ini bahwa masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat diatasi dengan petunjuk yang ada di Al-Qur’an. Padahal Al-Qur’an adalah jawaban untuk seluruh hal (QS 16:89), apakah mereka tidak yakin tentang hal ini ?. Pengelolaan negeri ini juga masih sangat sekuler, para pengelolanya sangat banyak yang beragama Islam bahkan tidak jarang mereka adalah para ustadz, tetapi ketika mereka mengelola negeri - tidak nampak tanda-tanda bahwa mereka menggunakan Al-Qur’an (dan juga tentunya Hadits) sebagai rujukan mereka.


Negeri ini insyaAllah akan makmur manakala para penghafal surat-surat tersebut di atas antusias untuk memahami dan mengamalkan apa-apa yang sudah dia hafalkan hampir setiap hari. Kemudian para ilmuwannya menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber ilmu utama, dan para birokratnya menggunakan Al-Qur’an untuk rujukan dalam mengambil kebijakan dan menyelesaikan segala masalah yang dihadapi di masyarakat. 


Dari mana kita tahu bahwa dengan cara ini kita akan makmur ?, dari mana lagi kalau bukan dari janjiNya sendiri seperti yang Dia janjikan melalui surat Al A’raaf ayat 96. Lantas dari mana kita akan mulai menggapai kemakmuran yang demikian ini ? yang paling mudah ya insyaAllah mulai dari yang sudah rata-rata ada di diri kita, yang sudah kita hafal bahkan di luar kepala kita. Mulai dari surat-surat andalan yang sudah kita hafal, Surat Yaasiin, Surat Al-Waaqiah, Surat Al- Mulk dst. Kali ini dua langkah yang telah kita mulai yaitu membaca dan menghafalkannya, kita teruskan dengan tiga langkah berikutnya yaitu memahami, mengamalkan dan mengajarkannya. Maka insyaAllah negeri ini akan makmur dan penuh keberkahan. Amin.

Referensi: PDF

0Komentar

Sebelumnya Selanjutnya